Susu Perah Sumber Penghidupan
Pangudi Mulyo adalah sebuah kelompok tani ternak desa Randusari yang diresmikan dan berbadan hukum pada tanggal 22 Januari 2016. Saat ini anggota kelompok tani ternak Pangudi Mulyo berjumlah 31 anggota, 27 anggota merupakan warga Randusari dan 4 anggota lain berada di dusun lain. Awal mula berdirinya kelompok tani ternak Pangudi Mulyo merupakan usaha pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan dengan memperhatikan potensi yang ada di dusun Randusari. Pada tahun 2016 pemerintah memberikan bantuan 27 ekor sapi perah kepada warga Randusari, dan satu orang mendapat satu ekor sapi. Setelah itu untuk meminimalisir pencemaran udara akibat kotoran sapi, pemerintah menyediakan lahan kosong yang berada di desa Pongangan untuk didirikan kandang sapi massal. Kemudian warga saling bahu membahu mendirikan kandang untuk masing-masing sapi yang mereka miliki, dan pemerintah juga turut membantu pembangunan kandang dengan membuat jalan paving sepanjang kandang. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan berupa motor pengangkut barang.
Selain memberikan bantuan dalam urusan peternakan Untuk memberdayakan kepentingan bersama dalam bidang keamanan anggota Pangudi Mulyo membuat jadwal ronda harian. Dan untuk mengelola pengeluaran bersama Pangudi Mulyo menetapkan uang kas Rp. 15.000/bulan kepada tiap anggotanya. Uang kas tersebut digunakan untuk membayar listrik dan biaya pemeliharaan area kandang. Selain itu mereka juga memiliki tradisi rutin tiap ada sapi yang lahir, yakni syukuran bersama sesama peternak di area kandang dengan memakan nasi ambeng dan jajanan pasar dan berdoa bersama.
Meski dalam kegiatan luar kandang, anggota Pangudi Mulyo saling bahu membahu satu sama lain. Tetapi dalam urusan sapi dan kandang mereka melakukan kegiatanya sendiri-sendiri. Profesi peternak sapi perah merupakan pekerjaan utama bagi mereka, karena pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan dengan kerjaan lain.
Setiap pagi sekitar pukul 05.00 WIB-06.00 WIB peternak melakukan pemerahan susu, setelah itu mencari makan (pakan) untuk sapi dan setelahnya membeli bahan untuk komboran, lalu di sore harinya pukul 16.00 WIB- 17.00 WIB memerah susu kembali. Kegiatan memerah susu memang dilakukan dua kali sehari saat pagi dan sore hari, tetapi sebelum diperah sapi harus diberi komboran. Komboran adalah campuran ampas tahu (ampas, kulit ari kedelai dan kecambah) yang diberi air dan garam. Semakin banyak komboran yang diberikan pada sapi maka semakin banyak pula susu yang dihasilkan sapi saat diperah nanti. Komboran ini harus dibeli peternak ke Sumur Jurang,Ungaran. Seharinya peternak mengeluarkan Rp 70 ribu untuk membeli komboran. Setelah diberi komboran, sapi akan mengeluarkan kotoran dan peternak harus membersihkan area kandang serta sapi yang akan diperah terlebih dahulu. Jika semua sudah bersih sapi akan diperah dengan wadah ember dibawahnya, sebelum diperah peternak juga harus membersihkan area susu setelah itu baru mengoleskan minyak goreng agar mempermudah peternak dalam memerah susu sapi. Kemudian setelah sudah terkumpul, susu sapi dimasukan kedalam tempat penyimpanan susu yang nantinya akan mereka jual ke pengepul atau dijual oleh istri mereka ke pedagang susu di Semarang bawah.
Setiap liter susu sapi dihargai sebesar Rp. 8.000 – Rp. 10.000, sedangkan hasil perahan tiap harinya tidak menentu. Hasil terbanyak pemerahan susu sebanyak 30liter/ hari sedangkan hasil paling sedikit 15liter/hari. Masing-masing kandang atau pemilik memiliki minimal dua sapi perah yang sedang produktif. Untuk kebutuhan perkawinan sapi, peternak biasanya memanggil mantri hewan untuk melakukan suntik inseminasi dengan biaya Rp. 50 ribu. Setelah sapi bunting dan melahirkan, jika anaknya betina maka akan dijadikan sapi perah namun jika anaknya jantan akan di besarkan terlebih dahulu lalu dijual. Maka tak jarang terlihat pemilik kandang memiliki sapi hingga lima ekor atau lebih, tetapi sapi-sapi tersebut tidak semua betina.
Urusan kotoran sapi, biasanya peternak hanya membuangnya di bagian belakang kandang yang memang sudah diberi ruang untuk itu. Kotoran sapi itu nantinya akan dibeli oleh para petani di Parakan, Temanggung dengan harga satu trucknya Rp. 150 ribu. Kotoran sapi tersebut akan digunakan petani Parakan sebagai pupuk bagi tanaman tembakau mereka. Selama kotoran tersebut belum dibeli oleh petani Parakan, maka kotoran sapi juga akan tetap berada di belakang kandang. Meski pemerintah sudah membangun rumah kompos yang dapat digunakan peternak untuk mengubah kotoran sapi menjadi pupuk kandang. Tetapi saat ini rumah kompos itu beralih fungsi sebagai tempat pemotong pakan untuk sapi.
Sampai saat ini belum ada pengolahan hasil ternak yang dilakukan oleh para peternak Pangudi Mulyo. Meski sudah dituliskan pada tujuan kelompok Pangudi Mulyo yakni mengolah alam menjadi produk. Susu yang sudah terperah akan dijual langsung kepada pedagang atau pengepul dan kotoran sapi akan dijual kepada petani Parakan. Belum ada usaha-usaha peternak untuk mengolah susu yang mereka perah menjadi produk unggulan dusun Randusari dan belum ada usaha untuk mengolah kotoran sapi sebagai pupuk atau biogas.
Selain permasalahan dalam pengolahan produk, mereka juga bermasalah pada hal perairan. Karena di area kandang belum ada sumur yang dapat digunakan untuk mengambil air. Sehingga peternak harus mengambil air dari sendang untuk membuat komboran, apalagi saat ini sendang-sendang mulai kering dan terpaksa ternak-ternak mereka tidak dimandikan atau dibersihkan. Tentunya hal itu akan mempengaruhi kesehatan sapi serta kehigienisan susu sapi yang dihasilkan.
Tinggalkan Balasan